Tentang Aku

Aku adalah Air yang Keruhnya Mengendap

Dulu, orangtuaku, Takwad dan Sugiarti lupa menanam cikal kelapa di belakang rumah ketika aku lahir. Tidak seperti kakak kakakku yang ari arinya tersimpan dalam genthong kecil yang digantungkan di sempadan rumah. Mereka hanya ingat aku lahir setelah tetanggaku, Wildan
Hardianto lahir. Tapi tidak tahu pasti kapan aku melewati tahap ke-2 sebagai manusia setelah melewati alam kandungan dan lahir di dunia ini.

Yang pasti namaku, Nurokhman.
Doa mereka melekat dalam nama. Nurokhman dari Bahasa Arab, Nur artinya cahaya dan Rokhman artinya satu sifat yang hanya dimiliki oleh Alloh SWT, Pengasih. Seperti sifat cahaya yang selalu menerangi kegelapan, mereka mengharapkan anak ke-7 dari 9 bersaudara ini mampu menjadi penuntun yang penuh dengan keikhlasan. Karena keikhlasan watak dari
Pengasih. Prestasiku adalah menikah dengan seorang wanita, Rantika Dewi Saraswaty. Itu merupakan prestasiku dalam usia 28 tahun, dibandingkan dengan 3 piala yang pernah aku rebut secara berturut turut dalam 3 tahun sebelumnya. Menjadi juara lomba foto terbaik tingkat nasional, juara 3 tahun 2008, juara harapan tahun 2007, dan juara 3 tahun 2006 yang diselenggarakan oleh Telkomsel. Bunda aku memanggil istriku, kini tengah mengandung 6 bulan hasil buah cinta kami pada saat bulan madu di Jogjakarta.
Aku besar dilingkungan NU kultural dan Muhammadiyah. Ayah pengurus NU dan keluarga ibu pengurus Muhammadiyah. Walaupun sama sama Islam tapi waktu kecil sering mendengar kyai NU dan Ustads Muhammadiyah saling berbalas pantun atau saur manuk disetiap ceramahnya. Bahkan aku harus sholat di masjid NU yang terletaak satu kilo dari rumahku dari pada sholat di Masjid AL-Huda yang terletak disebelah rumah kakekku yang berjarak hanya 100 meter.
Sewaktu kuliah di Universitas Jendral Soedirman Purwokerto pada semester 3 sudah mulai bekerja freeline menjadi fotografer sebuah Even Organizer, Hitam Putih Production. Mulai saat ini mulai mengenal dunia hiburan yang penuh dengan hura hura.
Tahun 2005, Oktober bergabung dengan koraan harian Radar Banyumas Jawa Post Group menjadi fotografer atau pewarta foto. Kemudian dengan alasan mengejar karier dan berkumpul di istana keluarga di Jakarta aku memutuskan bergabung dengan keluarga besar koran harian Suara Merdeka pada Juni 2009.

Menjadi air yang bersih yang mensuciakan adalah keinginanku. Tapi kini baru tahap air yang keruhnya tengah mengendap. Kenakalanku masih melekat walaupun menurun. Sejak menikah tidak mengenal lagi dunia malam, cafe atau nite club. Pernah juga menikmati pahitnya kerak neraka jahanam. Sekarang cukup berwisata kuliner jika ke kota kota yang baru aku singgahi.(*)

Sekarang bukan Esok

Tidak pernah kamu biarkan istrimu untuk menyanyikan lagu Dewa "Pupus" sampai usai. Tidak pernah juga kamu biarkan istrimu berucap jika. Jika, menurutmu hanya mengawali sesuatu yang tidak akan terjadi. Kamu hanya mengajaknya bernyanyi lagu Dhani feat Agnes Monica. Tapi istrimu selalu protes....

Kamu melarang dia makan ayam ketika rupiahmu hanya cukup untuk tempe. Tidak pernah kamu biarkan istrimu berpikir tahun depan.

Karena kamu takut kecewakan istrimu. Kamu tidak ingin membahagiakn dengan mimpi itu.

Mimpimu hanya Gunung Pasir

Tiba tiba cacing perut menggerutu, minta salad Hotel Niko. Bosan rasanya dengan gori Warteg AL Baroqaah dan nasi kucing depan SD inpres. Sontak jantung memompa kencang darah membuat mata terbelalak menatap langit kamar. Eternitnya berubah jernih menjadi TV datar. Gambarnya matahari terbenam lengkap dengan camarnya. Kilau emasnya menghangatkan kulit ari. Disitu ada kamu tengah membuat gunung pasir.

Sebuah bayangan perahu layar terseret ke sepertiga cakrawala. Pelan tenggelam tinggal tiangnya. Angin meniupnya berlabuh ke pulau Chrismas.

Kamu masih saja larut dengan gunung pasir itu. Buih tak kau biarkan menyapunya. Ombak bergulung hanya mengantarkan pasir untukmu. Semakin tinggi dan besar gunung pasir itu. Kelelawar terbang menggantikan camaar tadi. Kamu masih saja larut dengan gunung pasir itu. Bintang putih abadi tidak mampu mengusik. Angin hanya menyibakkan rambut. Pijar kembang api tak mampu membuyarkan, terangnya hanya membuat senyum menatap gunung pasir itu.

Sang perayupun bosan menggodamu. Akhirnya air pasang itu merobohkan gunung pasirmu, dan mimpimu.

Telanjang

Keringat menggores bedak dipipinya yang bebas jerawat. Asistenku, Ine segera menempelkan tyisu tanpa dengan menggeseknya. Karena dengan menggesek akan membuat make-up itu pudar. Semenit kemudian, Ayu yang baru menjadi seorang model mencoba menyimpulkan senyum di depan kamera Nikon D 50. Masih kaku posenya, tapi sebagai model yang baru sudah berani. Dia berani membelakangi aku melepaskan kemben, membiarkan punggungnya polos terfoto.

Selain sebagai foto model dadakan, Ayu sering menjadi seorang dancer di nite club. Biasa meliyukan seluruh anggota badanya yang hanya terbalut kemben. Aku yang sudah terbang dengan sebotol Tequila dengan bebas melesaknnya dalam khayalan. Aku tidak hanya melepaskan kemben tapi lebih dari itu, meminta kehormatannya.

Dua Perempuan dalam Benakku

Dua Perempuan dalam Benakku

Rokok Djarum dia hisap dalam dalam. Kemudian dihembuskan asapnya sedikit dari bibirnya yang mungil. Rambut pendeknya sesekali dirapihkan dengan tangan kirinya. Tangan kirinya bergelang jam tangan hitam, DKNY. Matanya tidak sebulat bulan purnama, tapi cukup poporsional dengan hidungnya. Alisnya rata tipis, bulu matanya tidak juga panjang tidak juga
pendek, tidak pula lentik. Dia tidak maskulin, tapi juga tidak feminim. Luncip, seperti donal bebek ketika dia berbicara. Tapi luncip bibir mungil itu tidak melebihi hidungnya. Seminggu terakhir dia rajin sholat. Sebelumnya tidak, karena menstruasi.


Siti, dia lahir di Alun Alun Purbalingga. Ketika itu sedang hunting foto. Seperti alun alun pada umumnya, setiap sore rame. Demikian pula Alun alun Purbalingga. Ketika itu, Siti lahir begitu saja, tanpa aku menjamahnya. Banyak lalu lalang laki laki perempuan, anak anak, maupun balita. Tapi tidak ada dari mereka yang sedang berlari mengejar kupu kupu. Karena tidak ada kupu kupu. Tapi Siti lahir karena itu. Karena dia bergumam.

"Itu, Siti anak kita sedang mengejar kupu kupu," ujarnya bergumam.

Setelah 8 bulan menikah, akhirnya mengandung 7 bulan. Tidak tahu apakah nanti perempuan atau laki laki. Pada umur 2 bulan dalam kandungan dokter menyatakan laki laki. Kemudian perempuan, dokter memvonis jenis kelaminnya ketika berumur 5 bulan dalam kandungan.
Besok, aku mau menonton Ketika Cinta bertasbih dengan teman perempuanku. Dia berbadan mungil, tingginya hanya sebahuku. Tadi, istriku baru saja membeli susu Unmum.

Buku Glatik 2

Persiapan menikah disiapkan sedetail mungkin karena cukup merepotkan. Mulai dari
rencana lamaran, cincin kawin, foto prewedding, uang dapur, gedung resepsi, sampai tanggal pernikahan baik akad nikah maupun resepsi pernikahan. Jangan anggap sesuatu yang kecil dianggap ringan. Memilih souvenir atau menu makanan bisa menjadi konflik yang berkepanjangan. Begitu kegirangan saat menemukan souvenir yang dicarinya berubah menjadi kekecewaan. Kekecewaan itu karena dia tidak bisa berbagi kegirangannya. Aku tidak melihat ekspresinya karena sedang bersandar di pilar. Dia juga tidak merasakan letihnya aku setelah semalam menempuh perjalanan kereta api selama 7 jam.

Menikah membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Namun demikian uang selalu ada untuk menikah. Walaupun seminggu sebelum menikah belum memegang uang. Aku yakin pasti bisa punya uang. Sebab ada kemungkinan aku menang dalam lomba foto Telkomsel berhadiah total Rp 29 juta. Aku yakin menjadi jura, cukup menjadi juara 3. Dua bulan setelah menikah, benar akan menjadi juara 3. Hadiah itu bisa untuk mengembalikan sebagian hutangku.

Buku Glatik 1

Buku itu aku beli dari uang kiriman istriku sebesar Rp 500 ribu. Sebab, kebetulan Senin kemarin sudah tidak memegang uang sepeserpun. Uang makan seminggu terakhir saja dari hasil mengumpulkan sisa sisa yang ada di tas, saku celana, saku baju, dan juga yang dibawah kasur. Buku Glatik biru itu seharga Rp 4.500 berisi 50 lembar. Dengan ketebalan itu diharapkan dapat untuk menulis materi Diklat selama seminggu.

Awal mengikuti Diklat itu sudah tidak punya uang. Bahkan sebelum berangkat ke Semarang harus membayar hutang sebesar Rp 10 juta lebih. Walaupun sudah bekerja selam 5 tahun, terpaksa meminta ke orang tua untuk melunasi. Setelah melunasi urusan pinjaman dengan teman maupun kantor, kemudian menjenguk istri di Jakarta yang sedang mengandung.
Menikah November tahun lalu, 2008 di Gedung Balai Komando Komplek Kopasus Cijantung Jakarta Timur. Gedung itu cukup mewah, dengan harga sewa 6 jam mencapai Rp 8 Juta. Sekarang sewa gedung tersebut mencapai Rp 14 juta. (bersambung)

Independensi Media

Independensi Media yang Berpihak

Tugas pokok seorang wartawan adalah mencari kemudian menulis berita. Berita tersebut tentunya independen tapi berpihak kepada kebenaran. Caranya dengan menyajikan fakta yang berimbang tanpa memihak salah satu pihak. Hal tersebut mencuat dalam Diklat Calon Wartawan Suara Merdeka pada hari ke-3, Kamis (11/6).

Redaktur Pelaksana Suara Merdeka, Bagas Pratomo saat memberikan materi organisasi media Suara Merdeka pada peserta Diklat menekankan, bahwa wartawan tidak perlu larut dalam opininya ataupun memihak salah satu pihak. Semua pihak sumber berita mendapatkan kuota sama dalam suatu berita. Independensi media yang berpihak, bukanlah keberpihakan yang tidak memihak. Tapi keberpihakan kepada kebenaran dengan mengumpulkan fakta fakta yang ada walaupun media massa buka lembaga yudikatif.

“Sajikanlah semua fakta fakta yang ada tidak perlu memihak salah satu pihak maka secara otomatis kebenaran itu ada, dan kita telah berpihak kepada kebenaran itu sendiri,” ujar Bagas.

Wartawan Senior Suara Merdeka, Sri Mulyadi juga menuturkan wartawan tidak terlalu terjebak dalam persoalan atau konflik di dalam suatu berita. Sebab tugas wartawan hanyalah menyajikan berita, selebihnya pembaca sendirilah yang memilah. Walaupun berita bisa menggiring opini masyarakat terhadap suatu kebenaran yang belum tentu benar. Misalnya kebenaran yang belum tentu benar adalah hasil jejak pendapat presiden yang dilakukan oleh sebuah lembaga survei. Lebih lanjut dia menegaskan wartawan tidak perlu larut dalam analisanya sendiri. Tugas pokok serang wartawan adalah menulis berita dengan fakta fakta yang ada.

“Tulislah fakta fakta yang ada tidak perlu suudzon ataupun menganlisa sendiri,” ujar bapak yang akrab disapa Mbah Mul.

Koordinator Liputan Suara Merdeka, Cocom Hari Priyono juga menambahkan dengan menyajikan fakta fakta yang ada maka masyarakat atau pembaca akan melakukan penilaian sendiri. Penilian pembaca tersebut tentunya berdasarkan dari fakta fakta yang telah diungkapkan. “Masyarakat itu sudah pandai,” tegasnya.

Sedangkan dalam membuat berita wartawan harus menguasai teknik dasar wawancara. Sekretaris Redaksi Suara Mereka, Eko Hari Mujiharto mengungkapkan teknik dasar wawancara mulai dari dasar wawancara, jenis jenis wawancara sampai dengan syarat syarat wawancara.

“Tujuannya adalah untuk mencari data yang faktual sekaligus penelitian untuk memperoleh dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi penting,” ujarnya.

Wrtwan dan Seorang Penantang

Wartawan dan Seorang Penanatang

"Kalau kita hanya mengikuti jejak sebelumnya maka hanya akan menjadi pengikut. Tapi jika menemukan alternatif baru yang lebih terarah maka lebih baik"

Pesan tersebut disampaikan Sri Mulyadi supaya peserta Diklat Calon Wartwan Suara Merdeka kedepan supaya lebih inovatif dalam persaingan media yang semakin ketat. Kedepan wartawan harus memiliki banyak kompetensi supaya tetap eksis. Selain itu, pesan tersebut dia maknai supaya wartawan tidak cukup puas dengan apa yang telah diraihnya. Dengan cepat puas itu mengakibatkan kemajuan dalam diri terhambat atau bahkan jalan ditempat.

"Maka jadilah wartwan sebagai seorang penantang," ujranya, Kamis (18/6).

Tidak jauh berbeda dengan Sri Mulyadi, Sucipto Hadi Purnomo juga berpesan supaya wartawan sekarang harus berani merubah kebiasaan lama atau lebih kritis dalam bahasa. Sekarang ini dia nilai trend Bahasa Jurnalistik Indonesia seamkin menurun. Wartawan kurang berani menggunakan bahasa yang tepat ketimbang menggunakan bahasa yang dapat berarti ganda.
Wartawan kerap kali mengabaikan kaidah selingkung yang mengakibatkan menyimpang dari kaidah umum.

"Kita memang masih banyak kesalahan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang tepat," ujarnya.

Untuk itu dia berpesan bahwa ciri bahasa jurnalistik adalah efesien dan efektif. Dengan mengunakan bahasa yang efesien dan efektif berarti ada penghematan tetapi tetap komunikatif dan taat pada nilai nilai estetis. Lebih lanjut dia jelaskan supaya dalam penulisan tidak menyimpang jauh dalam kaidah umum. Kaidah umum yang dimaksud adalah pedoman umum ejaan bahas Indonesia, Pedoman umum penyusunan istilah, kamus besar Bahasa Indonesia, dan tata bahasa baku bahasa Indonesia.

"Namun demikian media massa telah menyumbangakan pembendaharaan bahas Indonesia," tegasnya.

Sebab menurutnya media massa mengakomodir penggunaan bahasa asing dan daerah. Kemudian bahasa asing atau daerah tersebut diterima dan dipahamai oleh masyarakat banyak. Walaupun terkadang masih salah dalam artifisial.

"Pembendaharaan Bahasa Indonesia semakin meningkat sejak zaman reformasi. Banyak istilah asing maupun daerah yang dipakai oleh politikus kemudian digunakan terus menerus oleh media massa," ujar dosen Bahasa Jawa itu.

Implikasi dari efesiensi, lanjut Sucipto Hadi Purnomo harus diperhatikan. Untuk judul berita haruslah ringkas padat dan komunikatif. Dalam penulisan berita lebih baik menggunakan kalimat aktif. Selain itu juga memperhatikan pemubaziran kata.

"Yang tak kalah penting diperhatikan adalah logika bahasa dan persoalan morfologis bahasa," jelasnya.

Fakta dan Fiksi

Makna Fakta dengan Fiksi Tipis
SEMARANG-Perbedaan makna fakta dan fiksi dalam sebuah karya jurnalistik dapat bermakna tipis. Walaupun keduanya, fakta dan fiksi merupkan dua hal yang bertentangan atau berhadap hadapan. Sebab fakta dan fiksi dapat bercampur baur dan sulit dikenali perbedaannya. Suatau fakta menjadi fiksi ketika diungkapkan secara berlebih lebihan. Sebuah kekeliruan pula jika menjustifikasi tanpa disertai dengan fakta. "Kata, pikiran, gagasan yang diungkapkan adalah kebohongan jika dicocokan dengan pikiran," ujar Triyanto Triwikromo kepada peserta Diklat Calon Wartawan Suara Merdeka, Jumat (19/6).

Band dadakan

The Reporters Satukan Penonton
SEMARANG-Band alternatif, The Reporters mampu menyatukan penonton yang memadati aula Kantor Redaksi Suara Merdeka, Kamis (18/6). Lewat lagu Hanya Satu milik Dewa 19 puluhan penonton langsung hanyut dalam suasana. Tidak hanya beranjak dari tempat duduknya ke bibir panggung, tapi penonton ikut bernyanyi sambil menyalami vocalis The Reporters, Dheky.

Setelah "Hanya Satu" penonton kembali larut dalam lagu "Kau seperti Kekasihku". Lagu
ke-2 milik padi itu mampu membuat senyap sejenak. Sebelum lirik "Kau seperti kekasihku yang dulu" Dheky sempat menunjuk salah satu penonton berjilbab. Ulah Dheky tersebut membuat
penonton yang ditujuknya langsung tersenyum dan teriak histeris.

"Panggung sandiwara" milik Godbles menjadi lagu ke-3 yang mampu memacu adrenalin
penonton untuk berjingkrak. Cabikan gitar The Reporters, Garma melengking menghadirkan irama cadas lebih terasa ketimbalng lagu sebelumnya. Jangan Pernah Berubah menjadi lagu pamungkas penampilan The Reporters.

Dengan personil lengkap, Dheky (vocal), Gharma (gitar), Dhika (drum) dan, Krisna (bass), The
Reporters seakan menjadi pesan bagi audience. Kebersamaan yang muncul di awal konser lewat
lagu "Hanya Satu" seakan diminta untuk tidak berubah sampai kapanpun. Dalam pers conferencenya, The Repoters mengakui penampilan perdananya yang kacau. Sebab, band tersebut terbentuk dadakan. Bahkan belum sempat untuk latihan bersama. Band
dadakan itu hanya sekedar untuk menghibur dan melatih reprtase budaya peserta Diklat Calon
Wartawan Suara Merdeka.

"Maaf tadi sempat kacau sebentar, karena memang belum pernah latihan bersama.
Soalnya The Reporters baru terbentuk kemarin," jelasnya.

Latihan Bikin Berita

Pedagang Pasar Johar Resah
SEMARANG-Pedagang Pasar Johar Semarang resah dengan adanya kabar rencana renovasi pasar.
Mereka sekarang ini berjualan dengan tidak tenang karena khawatir jika terjadi renovasi
secara mendadak. Karena mereka belum melakukan persiapan apapun jika terjadi pembongkaran.
Hal tersebut diungkapkan oleh Anggota Paguyuban Pedagang Pasar Johar (PPPJ), H Muatin,
Nurkhasanah, Galih, Yanti, dan Iin yang dihubungi secara terpisah saat berjualan, Rabu
(16/6). H Muatin mengungkapkan mendengar rencana renovasi pasar tradisional itu sudah lama.
Setahunya Walikota Semarang, Sukawi Sutarip memprogramkan renovasi pasar tersebut dan
membangun pasar modern dan supermarket. Tapi dia ataupun paguyuban tidak tahu secara pasti
apakah rencana tersebut wacana yang atau isu. "Walaupun baru sekedar isu ataupun wacana tapi kami tetap khawatir jika ternyata
rencana itu benar bagaimana?. Tapi mudah mudahan jika benar kami minta ditinjau ulang atau
dibatalkan," ujar H Muatin menyampaikan kecemasannya. Hal senada juga diungkapkan oleh Nurkhasanah, pedagang ayam yang sudah berjualan
puluhan tahun itu berharap Pemerintah Kota (Pemkot) memperhatikan masyarakat kecil, pedagang
kecil di pasar Johar yang mencapai ribuan. Renovasi dia nilai jangan dilakukan secara
tergesa gesa. Sebab, selain belum melibatkan pedagang juga kondisi pedagang yang sedang
mengalami sepi pembeli. "Seharusnya kalau rencana renovasi itu benar maka harus segera melibatkan pedagang
kecil pasar ini. Karena kamilah yang merasakan benar kondisi sekarang," ujarnya. Lebih lanjut dia berharap adanya sosialisasi dari pihak Pemkot. Sosialisasi tersebut
sangat perlu untuk mensosialisasikan program Pemkot lebih jelas. Sekaligus untuk menyerap
aspirasi dari pedagang kecil seperti pedagang bumbu masak, pedagang klontong, pedang sayur
dan lainnya. Dengan adanya sosialisasi itu tambah H Muatin dan Nurkhasanah maka pedagang pasar
Johar bisa menyiapkan segala sesuatunya lebih dini. Persiapan tersebut diantaranya modal
untuk berjualan selama proses renovasi maupun setelah renovasi. Modal tambahan itu
diperlukan misalnya untuk membuat lapak baru atau transportasi. "Kita juga butuh uang transportasi untuk memindahkan barang dagangan kalau tidak
disiapkan dari sekarang bagimana?, sebab kami tidak punya modal," jelasnya. Selain itu, mereka juga khawatir pelanggannya selama ini pindah ke tempat lain. Jika
itu terjadi sama artinya mereka mulai dari awal lagi. "Kalau segala sesuatunya dari awal
tentunya lebih berat dan butuh modal lebih," jelasnya. Dampak kabar rencana renovasi tersebut bagi pedagang sekarang ini adalah kurangnya
kepercayaan pemasok barang dagangan ke pedagang. Pemasok memilih bersikap hati hati dengan
mengurangi jumlah pasokannya. Menurut Galih pemasok mengurangi jatah pasokannya dengan
alasan keamanan. Mereka khawatir jika terjadi yang tidak diinginkan atau kerusuhan. "Pemasok
berpikir jika renovasi itu terjadi sangat mungkin terjadi kerusuhan," ujarnya. Karena pasokan barang berkurang, terjadi kelangkaan barang yang berpengaruh terhadap
harga. Karena harga yang naik itu pula menurutnya berdampak pada menurunnya daya beli
masyarakat. "Ya akibatnya seperti sekarang ini penjualan menurun," jelas Galih.(Nurokhman)

syeh puji


Syeih Puji dapat Muzaki Award, Sumbang Rp 1,3 M
Raport Ulfa ditahan Polisi


Semarang-Syeih kontroversial, DR Syeih H Pujiono Cahyo Widiyanto yang lebih populer dengan nama Syeh Puji mendapatkan Muzaki Award dari Badan Amil Zakat, Infaq dan Sodaqoh (BAZIS) Kabupaten Semarang. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Plt Bupati Kabupaten Semarang, Hj Siti Ambar Fatonah didampingi Kepala Badan Pelaksana BAZIS Kabupaten Semarang, Ir Wanardi MM pada saat Pentasyafuran dana ZIS dan Launching Pelayanan Ambulans Gratis, Jumat (12/6).
Saat penganugrahan tersebut Syeh Puji hanya tersenyum khas tapi tidak berkomentar. Dia mendapatkan anugrah berupa sertifikat dengan bingkai hitam lengkap dengan fotonya yang ditandatangani oleh Ketua BAZIS. Syeh Puji pun dapat acungan jempol dan tepuk tangan dari para tamu acara tersebut.
Kepala Sekretariat Baziz, Marhani mengungkapkan Syeh Puji menyumbangakan Rp 1,3 Miliard ke BAZIS. Sumbangan sebesar itu sudah termasuk berupa bantuan pendidikan, dan kesehatan. “Syeih menyumbang 1, 3 milyar,” ungkap Kepala Sekretariat Baziz, Marhani.
Dalam sambutannya Plt Bupati Kabupaten Semarang, Hj Siti Ambar Fatonah selain menyampikan rasa terimaksihnya, dia juga berharap sebagian zakat Syeih Puji dapat disalurkan lewat BAZIS kabupaten Semarang. “Syeih mudah mudahan bisa separonya juga tidak apa apa, separonya saja sudah cukup,” ujar Plt bupati meminta.
Sementara itu terkait istri kedunya, Ulfa , Syeih Puji menyayangkan pihak kepolisian yang masih menahan raport Ulfa. Menurutnya dia kasihan terhadap nasib pendidikan istrinya karena Polisi sampai sekarang belum mengembalikan kepada wartawan mengungkapkan selain akan segera memproduksi film tentang istri kedua-nya, Ulfa. “Raport itu masih ditahan polisi untuk bahan pemeriksaan,” ujar Syeih.



Independensi Media yang Berpihak


Tugas pokok seorang wartawan adalah mencari kemudian menulis berita. Berita tersebut tentunya independen tapi berpihak kepada kebenaran. Caranya dengan menyajikan fakta yang berimbang tanpa memihak salah satu pihak. Hal tersebut mencuat dalam Diklat Calon Wartawan Suara Merdeka pada hari ke-3, Kamis (11/6). Redaktur Pelaksana Suara Merdeka, Bagas Pratomo saat memberikan materi organisasi media Suara Merdeka pada peserta Diklat menekankan, bahwa wartawan tidak perlu larut dalam opininya ataupun memihak salah satu pihak. Semua pihak sumber berita mendapatkan kuota sama dalam suatu berita. Independensi media yang berpihak, bukanlah keberpihakan yang tidak memihak. Tapi keberpihakan kepada kebenaran dengan mengumpulkan fakta fakta yang ada walaupun media massa buka lembaga yudikatif. “Sajikanlah semua fakta fakta yang ada tidak perlu memihak salah satu pihak maka secara otomatis kebenaran itu ada, dan kita telah berpihak kepada kebenaran itu sendiri,” ujar Bagas. Wartawan Senior Suara Merdeka, Sri Mulyadi juga menuturkan wartawan tidak terlalu terjebak dalam persoalan atau konflik di dalam suatu berita. Sebab tugas wartawan hanyalah menyajikan berita, selebihnya pembaca sendirilah yang memilah. Walaupun berita bisa menggiring opini masyarakat terhadap suatu kebenaran yang belum tentu benar. Misalnya kebenaran yang belum tentu benar adalah hasil jejak pendapat presiden yang dilakukan oleh sebuah lembaga survei. Lebih lanjut dia menegaskan wartawan tidak perlu larut dalam analisanya sendiri. Tugas pokok serang wartawan adalah menulis berita dengan fakta fakta yang ada. “Tulislah fakta fakta yang ada tidak perlu suudzon ataupun menganlisa sendiri,” ujar bapak yang akrab disapa Mbah Mul. Koordinator Liputan Suara Merdeka, Cocom Hari Priyono juga menambahkan dengan menyajikan fakta fakta yang ada maka masyarakat atau pembaca akan melakukan penilaian sendiri. Penilian pembaca tersebut tentunya berdasarkan dari fakta fakta yang telah diungkapkan. “Masyarakat itu sudah pandai,” tegasnya. Sedangkan dalam membuat berita wartawan harus menguasai teknik dasar wawancara. Sekretaris Redaksi Suara Mereka, Eko Hari Mujiharto mengungkapkan teknik dasar wawancara mulai dari dasar wawancara, jenis jenis wawancara sampai dengan syarat syarat wawancara. “Tujuannya adalah untuk mencari data yang faktual sekaligus penelitian untuk memperoleh dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi penting,” ujarnya.

Pamomong

Pamomong Jawa Tengah, Suara Merdeka
Maju dengan Semangat Kekeluargaan

SEMARANG-“Perekat Komunitas Jawa Tengah” merupakan tag line Harian Umum Suara Merdeka. Dengan tag line tersebut koran regional Jawa Tengah memposisikan diri sebagi koran miliknya masyarakat Jawa Tengah pada khususnya, yang harus mampu memenuhi kebutuhan informasi masyarakat sesuai dengan visinya. Semar yang merupakan simbol tokoh wayang penjelmaan dewa yang berperan menjadi sang pamomong menjadi ikon Suara Merdeka. Hal tersebut diungkapkan oleh Adi Eko Priyono pada saat memberikan materi Kultur Suara Merdeka pada peserta Diklat Calon Wartawan Suara Merdeka, Sabtu (13/6).
“Kenapa tokoh Semar menjadi ikon Suara Merdeka, karena Semar yang merupakan pengejewantahan dewa. Semar merupakan sosok pamomong. Dengan begiu Suara Merdeka juga diharapak bisa menjadi pamomong sesuai dengan visi misinya,” ujar Adi Eko Priyono kepada peserta Diklat.
Lebih lanjut dia juga menjelaskan arti pentingnya kultur sebuah perusahaan. Kultur sebuah perusahaan merupakan nilai dan cara berprilaku yang dianut oleh perusahaan dalam berhubungan dengan pihak luar. Kultur itu menjadi landasan bagi peningkatan daya saing perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang selalu berubah. “Ibarat rumah kultur itu pondasi,dan pondasi Suara Merdeka yaitu semangat kekeluargaan telah diletakan oleh pendirinya Haji Hetami,” tegasnya.
Semangat kekeluargaan merupakan nilai budaya Jawa. Warna budaya pendiri Suara Merdeka yang merupakan dari kota Solo itulah yang mewarnai perusahaan yang didirikan pada tahun 1950 ini. Kultur kekeluargaan itu juga terekam dalam cita cita Suara Merdeka yang merupakan untuk memenuhi kebutuhan informasi demi kemajuan bangsa dan memberi nikmat kepada pengasuhnya.
“Piagam itu menyiratkan semangat kuatnya menjadi agen informasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Nilai nilai itulah yang sesungguhnya telah menopang usia perusahaan sampai sekarang. Perusahaan boleh maju, magemen modern boleh diterapkan, namun kultur perusahaan tidak ditinggalkan,” tandasnya.(Nurokhman)

Diklat Calon Wartawan Suara Merdeka

Mengikuti Pendidikan dan Latihan Calon Wartawan Suara Merdeka 2009
Wartawannya Mati, Korannya tetap Hidup

Setiap harinya kecuali hari libur Harian Umum Suara Merdeka selalu terbit. Proses terbitnya koran setiap harinya merupakan sebuah proses panjang. Mulai dari wartawan mencari berita sampai koran itu sampai ke tangan pembaca. Bagaimanakah proses panjang tersebut?. Berikut adalah resume materi diklat hari pertama, Selasa (9/6) oleh Nurokhman .
“Orang-orangnya akan tua dan mati tetapi karyanya haruslah lebih muda dan hidup sepanjang massa”. Tulisan pada secarik kertas tersebut terbingkai frame coklat mengkilap dan terpasang pada pilar di depan pintu masuk ruang redaksi lantai dua kantor Suara Merdeka Jalan Kaligawe. Tulisan tersebut seakan memacu produktifitas wartawan untuk terus berkarya membuat berita. Walaupun wartawannya terus berumur tapi karya karyanya harus tetap aktual, dan menarik bagi pembaca. Dengan berita yang mempunyai nilai berita tersebut maka harian umum Suara Meredeka dapat eksis sepanjang massa. “Wartawannya Mati, Korannya tetap Hidup,” ujar rekan peserta diklat Calon Wartawan Suara Merdeka ketika observasi ruang redaksi , Selasa (9/6).
Untuk mewujudkan tersebut wartawan Suara Merdeka setiap bulannya mendapatkan raport kinerja berdasarkan kuantitas bukan secara kuwalitas. Personalia Suara Merdeka, Priyonggo mengungkapkan bahwa dia menilai wartawan dari berita berta wartawan yang dimuat. “Kami baru mampu menilai secara kuntitas belum secara kwalitas karena keterbatasan SDM personalia,” ujarnya ketika ditemui di ruang redaksi.
Pria yang pernah mengalami kecelakaan sewaktu menjadi wartawan tersebut menuturkan, wartawan setiap bulannya menerima raport langsung. Untuk yang berprestasi mendapatkan reward sedangkan yang kurang berprestasi mendapatkan punishment. Standar nilai untuk wartawan setiap bulannya adalah 300 point.
“Untuk yang mendapatkan point diatas 300 dia mendapatkan reward perpointnya Rp 700. Sedangkan yang tidak mendapatkan target akan mendapatkan sanksi. Sanksi itu seperti perusahaan pada umumnya mulai dari peneguran sampai penjatuhan hukuman yaitu “disekolahkan”,” terangnya tanpa mengungkapkan lebih detail maksud disekolahkan.
Lebih lanjut dia juga mengungkapkan proses terbitnya berita Suara Merdeka dari wartawan mencari berita sampai terbitnya Suara Merdeka setiap harinya. Setiap hari wartawan mencari berita serta menulisnya. Kemudian Redaktur pelaksana (Redpel) mendistribusikannnya ke desk desk yang ada, desk internasional, desk ekonomi, desk nasional, desk hiburan, dan desk kommunitas. Selain itu, sebelum materi berita sampai ke Redpel, Kordinator Liputan (Korlip) sudah terlebih dulu berkoordinasi dengan Kepala Biro (Kabiro) untuk di daerah dengan wartawan.
“Redpel-lah yang mendistribusikan berita berita itu ke desk desk yang ada,” ujarnya.