Wrtwan dan Seorang Penantang

Wartawan dan Seorang Penanatang

"Kalau kita hanya mengikuti jejak sebelumnya maka hanya akan menjadi pengikut. Tapi jika menemukan alternatif baru yang lebih terarah maka lebih baik"

Pesan tersebut disampaikan Sri Mulyadi supaya peserta Diklat Calon Wartwan Suara Merdeka kedepan supaya lebih inovatif dalam persaingan media yang semakin ketat. Kedepan wartawan harus memiliki banyak kompetensi supaya tetap eksis. Selain itu, pesan tersebut dia maknai supaya wartawan tidak cukup puas dengan apa yang telah diraihnya. Dengan cepat puas itu mengakibatkan kemajuan dalam diri terhambat atau bahkan jalan ditempat.

"Maka jadilah wartwan sebagai seorang penantang," ujranya, Kamis (18/6).

Tidak jauh berbeda dengan Sri Mulyadi, Sucipto Hadi Purnomo juga berpesan supaya wartawan sekarang harus berani merubah kebiasaan lama atau lebih kritis dalam bahasa. Sekarang ini dia nilai trend Bahasa Jurnalistik Indonesia seamkin menurun. Wartawan kurang berani menggunakan bahasa yang tepat ketimbang menggunakan bahasa yang dapat berarti ganda.
Wartawan kerap kali mengabaikan kaidah selingkung yang mengakibatkan menyimpang dari kaidah umum.

"Kita memang masih banyak kesalahan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang tepat," ujarnya.

Untuk itu dia berpesan bahwa ciri bahasa jurnalistik adalah efesien dan efektif. Dengan mengunakan bahasa yang efesien dan efektif berarti ada penghematan tetapi tetap komunikatif dan taat pada nilai nilai estetis. Lebih lanjut dia jelaskan supaya dalam penulisan tidak menyimpang jauh dalam kaidah umum. Kaidah umum yang dimaksud adalah pedoman umum ejaan bahas Indonesia, Pedoman umum penyusunan istilah, kamus besar Bahasa Indonesia, dan tata bahasa baku bahasa Indonesia.

"Namun demikian media massa telah menyumbangakan pembendaharaan bahas Indonesia," tegasnya.

Sebab menurutnya media massa mengakomodir penggunaan bahasa asing dan daerah. Kemudian bahasa asing atau daerah tersebut diterima dan dipahamai oleh masyarakat banyak. Walaupun terkadang masih salah dalam artifisial.

"Pembendaharaan Bahasa Indonesia semakin meningkat sejak zaman reformasi. Banyak istilah asing maupun daerah yang dipakai oleh politikus kemudian digunakan terus menerus oleh media massa," ujar dosen Bahasa Jawa itu.

Implikasi dari efesiensi, lanjut Sucipto Hadi Purnomo harus diperhatikan. Untuk judul berita haruslah ringkas padat dan komunikatif. Dalam penulisan berita lebih baik menggunakan kalimat aktif. Selain itu juga memperhatikan pemubaziran kata.

"Yang tak kalah penting diperhatikan adalah logika bahasa dan persoalan morfologis bahasa," jelasnya.

No comments: