syeh puji


Syeih Puji dapat Muzaki Award, Sumbang Rp 1,3 M
Raport Ulfa ditahan Polisi


Semarang-Syeih kontroversial, DR Syeih H Pujiono Cahyo Widiyanto yang lebih populer dengan nama Syeh Puji mendapatkan Muzaki Award dari Badan Amil Zakat, Infaq dan Sodaqoh (BAZIS) Kabupaten Semarang. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Plt Bupati Kabupaten Semarang, Hj Siti Ambar Fatonah didampingi Kepala Badan Pelaksana BAZIS Kabupaten Semarang, Ir Wanardi MM pada saat Pentasyafuran dana ZIS dan Launching Pelayanan Ambulans Gratis, Jumat (12/6).
Saat penganugrahan tersebut Syeh Puji hanya tersenyum khas tapi tidak berkomentar. Dia mendapatkan anugrah berupa sertifikat dengan bingkai hitam lengkap dengan fotonya yang ditandatangani oleh Ketua BAZIS. Syeh Puji pun dapat acungan jempol dan tepuk tangan dari para tamu acara tersebut.
Kepala Sekretariat Baziz, Marhani mengungkapkan Syeh Puji menyumbangakan Rp 1,3 Miliard ke BAZIS. Sumbangan sebesar itu sudah termasuk berupa bantuan pendidikan, dan kesehatan. “Syeih menyumbang 1, 3 milyar,” ungkap Kepala Sekretariat Baziz, Marhani.
Dalam sambutannya Plt Bupati Kabupaten Semarang, Hj Siti Ambar Fatonah selain menyampikan rasa terimaksihnya, dia juga berharap sebagian zakat Syeih Puji dapat disalurkan lewat BAZIS kabupaten Semarang. “Syeih mudah mudahan bisa separonya juga tidak apa apa, separonya saja sudah cukup,” ujar Plt bupati meminta.
Sementara itu terkait istri kedunya, Ulfa , Syeih Puji menyayangkan pihak kepolisian yang masih menahan raport Ulfa. Menurutnya dia kasihan terhadap nasib pendidikan istrinya karena Polisi sampai sekarang belum mengembalikan kepada wartawan mengungkapkan selain akan segera memproduksi film tentang istri kedua-nya, Ulfa. “Raport itu masih ditahan polisi untuk bahan pemeriksaan,” ujar Syeih.



Independensi Media yang Berpihak


Tugas pokok seorang wartawan adalah mencari kemudian menulis berita. Berita tersebut tentunya independen tapi berpihak kepada kebenaran. Caranya dengan menyajikan fakta yang berimbang tanpa memihak salah satu pihak. Hal tersebut mencuat dalam Diklat Calon Wartawan Suara Merdeka pada hari ke-3, Kamis (11/6). Redaktur Pelaksana Suara Merdeka, Bagas Pratomo saat memberikan materi organisasi media Suara Merdeka pada peserta Diklat menekankan, bahwa wartawan tidak perlu larut dalam opininya ataupun memihak salah satu pihak. Semua pihak sumber berita mendapatkan kuota sama dalam suatu berita. Independensi media yang berpihak, bukanlah keberpihakan yang tidak memihak. Tapi keberpihakan kepada kebenaran dengan mengumpulkan fakta fakta yang ada walaupun media massa buka lembaga yudikatif. “Sajikanlah semua fakta fakta yang ada tidak perlu memihak salah satu pihak maka secara otomatis kebenaran itu ada, dan kita telah berpihak kepada kebenaran itu sendiri,” ujar Bagas. Wartawan Senior Suara Merdeka, Sri Mulyadi juga menuturkan wartawan tidak terlalu terjebak dalam persoalan atau konflik di dalam suatu berita. Sebab tugas wartawan hanyalah menyajikan berita, selebihnya pembaca sendirilah yang memilah. Walaupun berita bisa menggiring opini masyarakat terhadap suatu kebenaran yang belum tentu benar. Misalnya kebenaran yang belum tentu benar adalah hasil jejak pendapat presiden yang dilakukan oleh sebuah lembaga survei. Lebih lanjut dia menegaskan wartawan tidak perlu larut dalam analisanya sendiri. Tugas pokok serang wartawan adalah menulis berita dengan fakta fakta yang ada. “Tulislah fakta fakta yang ada tidak perlu suudzon ataupun menganlisa sendiri,” ujar bapak yang akrab disapa Mbah Mul. Koordinator Liputan Suara Merdeka, Cocom Hari Priyono juga menambahkan dengan menyajikan fakta fakta yang ada maka masyarakat atau pembaca akan melakukan penilaian sendiri. Penilian pembaca tersebut tentunya berdasarkan dari fakta fakta yang telah diungkapkan. “Masyarakat itu sudah pandai,” tegasnya. Sedangkan dalam membuat berita wartawan harus menguasai teknik dasar wawancara. Sekretaris Redaksi Suara Mereka, Eko Hari Mujiharto mengungkapkan teknik dasar wawancara mulai dari dasar wawancara, jenis jenis wawancara sampai dengan syarat syarat wawancara. “Tujuannya adalah untuk mencari data yang faktual sekaligus penelitian untuk memperoleh dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi penting,” ujarnya.

Pamomong

Pamomong Jawa Tengah, Suara Merdeka
Maju dengan Semangat Kekeluargaan

SEMARANG-“Perekat Komunitas Jawa Tengah” merupakan tag line Harian Umum Suara Merdeka. Dengan tag line tersebut koran regional Jawa Tengah memposisikan diri sebagi koran miliknya masyarakat Jawa Tengah pada khususnya, yang harus mampu memenuhi kebutuhan informasi masyarakat sesuai dengan visinya. Semar yang merupakan simbol tokoh wayang penjelmaan dewa yang berperan menjadi sang pamomong menjadi ikon Suara Merdeka. Hal tersebut diungkapkan oleh Adi Eko Priyono pada saat memberikan materi Kultur Suara Merdeka pada peserta Diklat Calon Wartawan Suara Merdeka, Sabtu (13/6).
“Kenapa tokoh Semar menjadi ikon Suara Merdeka, karena Semar yang merupakan pengejewantahan dewa. Semar merupakan sosok pamomong. Dengan begiu Suara Merdeka juga diharapak bisa menjadi pamomong sesuai dengan visi misinya,” ujar Adi Eko Priyono kepada peserta Diklat.
Lebih lanjut dia juga menjelaskan arti pentingnya kultur sebuah perusahaan. Kultur sebuah perusahaan merupakan nilai dan cara berprilaku yang dianut oleh perusahaan dalam berhubungan dengan pihak luar. Kultur itu menjadi landasan bagi peningkatan daya saing perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang selalu berubah. “Ibarat rumah kultur itu pondasi,dan pondasi Suara Merdeka yaitu semangat kekeluargaan telah diletakan oleh pendirinya Haji Hetami,” tegasnya.
Semangat kekeluargaan merupakan nilai budaya Jawa. Warna budaya pendiri Suara Merdeka yang merupakan dari kota Solo itulah yang mewarnai perusahaan yang didirikan pada tahun 1950 ini. Kultur kekeluargaan itu juga terekam dalam cita cita Suara Merdeka yang merupakan untuk memenuhi kebutuhan informasi demi kemajuan bangsa dan memberi nikmat kepada pengasuhnya.
“Piagam itu menyiratkan semangat kuatnya menjadi agen informasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Nilai nilai itulah yang sesungguhnya telah menopang usia perusahaan sampai sekarang. Perusahaan boleh maju, magemen modern boleh diterapkan, namun kultur perusahaan tidak ditinggalkan,” tandasnya.(Nurokhman)